Jenis - Jenis Atheisme
Assalamu'alaikum ^_^ | Ini postingan pertama gue, dan gue juga bingung kenapa ngepost hal in (?) -_- aih..Lupakan! Langsung aja yak, soalnya gue gak suka basa - basi, dari dulu tuh, tapi kadang - kadang gue suka basa - basi sih kalau liat lawan bicara gue udah nggak sabaran. HAHA. Dan gue sadar, kalau lo pada biasa aja, nggak kepo sama postingan perdana gue. Jadi nggak papa kan, gue basa - basi :D . Biar rame dikit muqaddimahnya :v
Atheis terdiri dari beberapa jenis, sesuai pandangan masing - masing penganutnya. Diantaranya :
- Atheisme Materialisme
- Atheisme Psikologi
- Atheisme Marxisme
- Atheisme Eksistensialisme
- Atheisme Neo positivisme
- Atheisme Optimisme
Dan sebenarnya jenis atheisme yang paling kuno adalah atheisme materialisme. Ini adalah jenis atheisme yang paling tua. Sudah ada sejak kuno dulu. Dan pernah berkembang di zaman Nabi Muhammad ketika diutus oleh Allah.
Menurut orang-orang atheisme materialisme, wujud segala
sesuatu didasarkan pada materi. Materi adalah segala sesuatu yang bisa
ditangkap oleh indera manusia. Bisa diketahui adanya dengan diraba, dipegang,
disentuh, dicium, ditangkap, dilihat dan seterusnya. Kursi itu ada karena manusia
bisa menyentuhnya, bisa merabanya. Udara itu ada karena udara bisa dihirup dan dirasakan
gerakannya, semilirnya, hembusannya. Cahaya itu ada karena bisa dilihat. Garam
dalam kuah bakso itu ada karena bisa dirasa oleh lidah. "Menurut mereka,
hakikat alam ini adalah materi atau benda. Jiwa dan pikiran adalah materi juga,
hanya sangat halus berbeda dengan materi yang lain. Dan menurut mereka segala
yang tidak materi itu tidak ada. Tuhan bukan materi, Tuhan bukan benda jadi Tuhan tidak ada. Karena wujud Tuhan tidak bisa
dilihat, ditangkap, diraba, disentuh, dirasa, dan diindera oleh manusia.
Orang-orang yang berpikiran seperti itu sudah ada sejak
zaman Nabi Muhammad berdakwah di Makkah. Al-Quran, dalam surat Al Jaatsiyah menjelaskan,
bahwa di Makkah ada sekelompok golongan yang tidak percaya adanya Tuhan dan
hari kiamat.
Mereka mengatakan: 'Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di
dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita
selain masa!”
Perkataan mereka, 'Kehidupan ini tidak lain hanyalah
kehidupan di dunia saja,' adalah pengingkaran kepada kehidupan hari kemudian,
hari di mana manusia dibangkitkan dari kematian. Kenapa mereka tidak percaya?
Karena itu tadi, mereka berlandaskan pada materi yang bisa dilihat, diraba dan
diindera. Menurut mereka alam itu ya alam dunia ini yang pada hakikatnya adalah
materi. Di dunia inilah terjadi kehidupan dan
kematian. Tidak ada alam selain dunia ini. Kematian dan kehidupan
menurut mereka terjadi begitu saja sesuai hukum alam. Menurut mereka, mereka
mati begitu saja. Yang
mematikan adalah masa atau waktu. Mereka mengatakan, 'Tidak ada
yang membinasakan kita selain masa. Ini berarti, secara terang-terangan mereka
tidak mengakui adanya Tuhan yang berkuasa menghidupkan dan mematikan.'Itulah atheisme
materialisme. Paham atheism yang paling tua. Paham ini mencuat kembali pada abad
ke-17 dan ke-19. Di antara tokohnya yang terkenal adalah Kart Vogt, Huxely,
Lamettra.
Mereka meniadakan Tuhan dengan alasan Tuhan bukan materi. Tuhan tidak
ada karena tidak bisa ditangkap panca indera.
Alasan para penganut faham materialisme itu sangat lemah. Pada
kenyataannya manusia mengakui adanya sesuatu yang bukan materi.
Misalnya hukum. Hukum itu non materi. Dan hukum itu ada. Diakui semua manusia termasuk para pengikut materialisme.
Contoh lain adalah ide. Siapa bisa mengindera ide? Ide diakui ada begitu saja dalam pikiran manusia. Ide. Tapi ide itu ada.
Juga spirit. Spirit ada begitu saja, masuk dalam jiwa manusia. Sama seperti ide, spirit tidak bisa dilihat, disentuh, dicium atau dirasa dengan panca indera. Tapi spirit itu ada, tak ada yang mengingkarinya.
Misalnya hukum. Hukum itu non materi. Dan hukum itu ada. Diakui semua manusia termasuk para pengikut materialisme.
Contoh lain adalah ide. Siapa bisa mengindera ide? Ide diakui ada begitu saja dalam pikiran manusia. Ide. Tapi ide itu ada.
Juga spirit. Spirit ada begitu saja, masuk dalam jiwa manusia. Sama seperti ide, spirit tidak bisa dilihat, disentuh, dicium atau dirasa dengan panca indera. Tapi spirit itu ada, tak ada yang mengingkarinya.
Contoh lainnya lagi 'waktu. Siapa bisa melihat waktu? Waktu bukan
benda. Bukan materi. Tidak bisa ditangkap indera manusia. Dengan kamera secanggih
apa pun manusia tidak bisa memotret waktu, bentuknya seperti apa. Sebab waktu
memang bukan benda, bukan materi. Tapi waktu itu ada, tak ada yang
menyangkalnya. Otak manusia meyakini begitu saja waktu itu ada.
Jadi, banyak sekali hal-hal yang non materi yang diakui keberadaannya oleh manusia. Jika mereka bisa mengakui adanya hukum, ide, spirit dan waktu yang bukan materi, yang tidak bisa ditangkap panca indera, kenapa mereka mengingkari adanya Tuhan? Jadi, alasan mereka mengingkari adanya Tuhan itu sangat lemah. Tuhan itu ada, sebagaimana waktu ada. Bahkan, Tuhanlah yang menciptakan waktu dan segala yang ada
Jadi, banyak sekali hal-hal yang non materi yang diakui keberadaannya oleh manusia. Jika mereka bisa mengakui adanya hukum, ide, spirit dan waktu yang bukan materi, yang tidak bisa ditangkap panca indera, kenapa mereka mengingkari adanya Tuhan? Jadi, alasan mereka mengingkari adanya Tuhan itu sangat lemah. Tuhan itu ada, sebagaimana waktu ada. Bahkan, Tuhanlah yang menciptakan waktu dan segala yang ada
Kart Vogt pernah berkata, otaklah yang melahirkan kehidupan ini.
Otak melahirkan pikiran sebagaimana ginjal melahirkan air seni. Maksudnya, tidak
ada wujud selain daripada materi. Tuhan bukan materi, kata Vogt. Jadi ia tidak ada."
Ada lagi atheisme psikologi. Psikologi
semestinya menguatkan keimanan seseorang akan keberadaan Tuhan. Karena
psikologi adalah penjelajahan perasaan, batin, dan jiwa manusia. Semakin kenal
manusia pada dirinya semestinya ia semakin dekat dengan Tuhannya. Pepatah Arab mengatakan,
'Man arofa nafsahu arofa Rabbahuf’ Artinya, siapa yang mengenal dirinya pasti
mengenal Tuhannya. Namun ternyata ada beberapa ahli psikologi sesat yang
menggunakan alasan psikologi sebagai dalil mengingkari adanya Tuhan.
Yaitu Sigmund Freud dan Ludwig Van Feuerbach. Keduanya ahli
psikologi Jerman pada abad ke-I9. Mereka berdua mengingkari Tuhan dengan alasan
psikologi. Menurut mereka bertuhan adalah jiwa kekanakkanakan yang dibawa
hingga dewasa. Menurut Freud, saat kecil manusia lemah. Ia mengalami banyak kekurangan
untuk memenuhi kebutuhannya. Meja begitu tinggi bagi seorang bocah. Ia tidak
bisa menggapai benda di atasnya. Kursi terasa berat, ia tidak kuat
mengangkatnya. Ia melihat ayahnya bisa melakukan apa saja. Mengambil benda di
atas meja. Mengangkat kursi. Begitu mudah. Ia kagum pada ayahnya. Ayahnya ia
lihat mahakuasa. Ia menjadi sangat memerlukan ayah. Ketika anak itu sudah
dewasa ia menciptakan Tuhan dalam benaknya. Tuhan yang ia sebut dalam doanya
untuk memenuhi keinginan - keinginannya. Persis waktu ia kecil dulu saat minta
ayahnya.
Jadi Tuhan, menurut Freud, hanya rekayasa manusia saja untuk ia
jadikan tempat bertumpu atas segala keinginannya. Freud mengingkari adanya
Tuhan dengan alasan seperti itu. Agama menurut Freud dan Freuebach hanyalah
cerminan keinginan manusia.
Tapi dari segala sisi atheisme ini lemah. Dari awal sampai akhir
dasar falsafah mereka lemah. Kita tanya pada anak-anak kecil di sekitar kita
tentang Tuhan, mereka akan menjawab Tuhan itu ada. Jadi pengalaman psikologi
seperti yang digambarkan Freud sangat jauh dari kebenaran. Freud menggambarkan,
ketika orang sudah dewasa dia menciptakan Tuhan dalam benaknya. Yaitu Tuhan
yang dia sebut dalam doanya untuk
memenuhi keinginan-keinginannya. Persis waktu ia kecil dulu saat
minta tolong ayahnya. Ini sungguh gambaran yang sangat lucu sekali. Bagaimana dengan
orang yang sejak kecil telah mengenal Tuhan, dan mengakui Tuhan itu ada? Atau
bagaimana dengan anak yatim piatu yang tidak punya bapak dan tidak punya ibu.
Hidup sebatangkara sejak kecil, namun ketika dewasa mengakui adanya Tuhan.
Apakah Tuhan yang akuinya terlahir dalam benaknya sekadar untuk memenuhi keinginan-keinginannya,
persis waktu ia kecil dulu saat minta tolong ayahnya. Bagaimana ia punya
pengalaman minta tolong pada ayahnya padahal ia tidak punya ayah?
Freud dan Feuerbach sama-sama meyakini bahwa agama tak lain
hanyalah cerminan keinginan manusia. Karenanya, agama juga khayalan otak
manusia belaka. Pertanyaannya, benarkah agama itu merupakan keinginan keinginan?
Kodrat manusia menghendaki terpenuhi secara baik kebutuhan jasmani dan
ruhaninya. Seperti contoh pemenuhan nafsu perutnya. Tetapi agama melarang
pemenuhan demikian. Manusia wajib memenuhi tuntutan perut denganbeberapa aturan. Manusia
tidak boleh mengisi perutnya kecuali dengan yang halal. Manusia harus
mengerjakan shalat, puasa, membayar zakat, shadaqah dan itu bukan suatu
keinginan. Tapi kewajiban dan tuntutan yang diajarkan agama.
Jika manusia merupakan keinginan, mengapa banyak rasul yang
membawa agama itu justru menderita, disingkirkan, diteror, bahkan ada yang dibunuh.
Jika agama cerminan keinginan, seharusnya semua rasul diterima dengan penuh sukacita
oleh kaumnya. Kenyataannya adalah sebaliknya. Jadi tidak benar agama merupakan keinginan-keinginan.
Dan tidak benar anggapan Tuhan hanya rekaan benak manusia. Tuhan memang benar-benar
ada. Dan agama yang benar seperti Islam adalah agama yang diwahyukan Tuhan. Bukan
cermin keinginan-keinginan manusia
Marx mengatakan agama adalah candu yang meninabobokan manusia kepada kehidupan khayali. Pernyataannya itu tidak berlaku
untuk semua agama, terutama Islam. Islam itu tidak hanya membangun kebahagiaan
di akhirat, tetapi juga kehidupan di dunia. Bahkan dunia ini dijadikan sebagai
ladang kebahagiaan akhirat.
Rasul Islam yaitu Muhammad Saw. Menyeru kepada umatnya untuk
bekerja keras membangun kejayaan duniawi, sebagaimana menyeru umatnya beribadah sebaik-baiknya untuk membangun surga ukhrawi. Islam
sendiri dengan terang dan tegas memerintahkan pemeluknya agar berkerja untuk
dunianya seakan-akan mereka akan hidup selamanya, dan beribadah untuk
akhiratnya seolah-olah mereka akan mati besok pagi!
Dalam hadis yang lain Rasul memberitahukan, seseorang yang bekerja
untuk anak-anaknya, maka pahalanya sama dengan berjuang di jalan Allah. Beliau
juga menjelaskan, harta yang diinfakkan untuk jihad fi sabilillah, harta yang
digunakan untuk memerdekakan budak, harta yang diberikan pada fakir miskin
dan harta yang dibelanjakan untuk keluarga, di antara semua itu, maka yang
paling besar keutamaannya adalah harta yang dibelanjakan untuk keluarga. Betapa
Islam mengajak manusia mencapai kebahagiaan dunia.
Lalu Rasulullah menegaskan, 'Dunia adalah ladang akhirat!' Kaitan
dunia dengan akhirat begitu eratnya. Yang dipetik di akhirat adalah apa yang
ditanam di dunia. Tanpa keberhasilan seseorang menempatkan dirinya di dunia ia
tidak akan berjaya di akhirat. Islam mengajarkan keseimbangan dunia dan
akhirat. Tidak boleh ada
yang timpang salah satunya. Begitu Islam mengajarkan."
Pertama : atheisme eksistensialisme, tokohnya bernama Jean Paul Sartre dari Perancis
Kedua : atheisme neo positivisme tokohnya Moritz Schilck dan kawan-kawannya dari kelompok pemikir Wina.
Ketiga : atheisme optimisme, tokohnya Nietzsche dari Jerman
Tapi saya kurang memahami ketiga jenis atheis ini. Saya khawatir
kalau menjelaskan nanti malah salah. Saya tidak boleh asal bicara. Ini masalah ilmiah,
ada pertanggungjawaban ilmiahnya. Untuk yang 3 macam ini anda sendiri di buku-buku bacaan atau bahan lainnya. Yang jelas inti pemikiran mereka
sama dengan jenis atheisme yang lainnya, yaitu tidak mengakui adanya Tuhan. Tuhan
dianggap khayalan manusia. Manusialah yang menciptakan Tuhan dalam otaknya,
bukan Tuhan yang menciptakan manusia. Begitu pemikiran dan keyakinan mereka.
Sumber : Bumi Cinta - Habiburrahman EL-Shirazy
Comments